Sejarah

Pertanyaan

Residen belanda yang terbunuh ketika penyerbuan benteng duurstede

1 Jawaban


  • Mata pelajaran: IPS Sejarah

    Kelas: VIII SMP

    Kategori: Pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia

    Kata kunci: Resimen Belanda yang terbunuh di benteng Duurstede (Perang Maluku)

    Pembahasan:

    Bangsa Portugis adalah bangsa Eropa yang pertama kali berhasil menguasai Maluku pada tahun 1512. Setelah itu baru disusul oleh Negara Spanyol. Bangsa Inggris menyusul kemudian menguasai Maluku pada tahun 1811. Berdasarkan Convention of  London yang disepakati tahun 1814, daerah Maluku diserahkan oleh Inggris kepada Belanda. Di Maluku, Belanda menerapkan praktek monopoli perdagangan. Belanda juga melakukan perbuatan yang merugikan para rakyat Maluku. Perbuatan Belanda yang merugikan rakyat Maluku yaitu adanya pelayaran hongi dan ekstirpasi. Ekstirpasi yaitu aksi penebangan pohon pala dan cengkeh yang melanggar aturan monopoli.

    Rakyat Maluku mengalami penderitaan karena Belanda. Hal ini menimbulkan reaksi dan perlawanan rakyat Maluku tahun 1817 yang dipimpin oleh Thomas Matulessy atau Kapitan Pattimura. Dia adalah seorang bekas sersan mayor pada dinas angkatan perang Inggris. Kapitan Patimura dibnantu oleh rekan-rekannya antara lain Anthony Rhebok, Christina Martha Tiahahu, Thomas Pattiwael.

    Belanda juga memberlakukan sistem kerja rodi. Belanda tidak mau mempedulikan  keberadaan gereja Protestan dan pengelolaan sekolah-sekolah protestan secara layak, Pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda, monopoli di Maluku tetap dijalankan. Selain penyerahan wajib, rakyat juga harus kerja paksa, penyerahan ikan asin, dendeng, dan kopi. Mereka yang melanggar dihukum. Tindakan pemerintah Belanda tersebut semakin menimbulkan banyak kematian. Hal ini yang menjadi penyebab rakyat marah dan meletusnya perang Maluku.

    Pada 14 Mei 1817, Pattimura mulai memimpin perlawanan kepada Belanda, terutama di Porto. Belanda kesulitan, akhirnya Belanda meminta bantuan dari Ambon. Dikirimlah pasukan sebanyak 200 orang pada Juli 1817.

    Rakyat Maluku dengan membakar perahu Pos di Porto (pelabuhan) pada 15 Mei 1817 dan mengepung Benteng Duurstede. Benteng Duurstede adalah suatu benteng Belanda abad ke-17 yang berlokasi di Saparua, Maluku. Benteng ini awalnya melindungi desa Saparua.

    Benteng Duurstede dibangun pertama kali oleh Portugis pada tahun 1676, kemudian direbut, dimanfaatkan dan dibangun kembali oleh Gubernur Ambon Mr. Nicolaas Schaghen pada tahun 1691. Benteng Duurstede berfungsi sebagai bangunan pertahanan serta pusat pemerintahan Perusahaan Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie; VOC) selama menguasai wilayah Saparua.

    Keesokan harinya rakyat berhasil menguasai benteng dan menembak mati Residen Maluku, Van De Berg kecuali putra Residen yang bernama Juan Van Den Berg, dia tidak tewas

    Untuk kedua kalinya Belanda datang ke Saparua dan berhasil menguasai Benteng Duurstede pada Agustus 1817.  Pejuang Maluku kemudian melanjutkan perjuangan dengan sistem gerilya. Belanda ingin secepatnya menangkap pemimpin-pemimpin perlawanan. Selain mengerahkan pasukan yang banyak, Belanda juga mengumumkan bahwa mereka akan diberi hadiah 100 Gulden bagi siapa saja yang dapat menangkap Pattimura dan 500 Gulden untuk pemimpin-pemimpin lainnya. Akan tetapi, rakyat Maluku tidak tergiur oleh hadiah tersebut. Pada Oktober 1817, Belanda berkeinginan untuk segera menyelesaikan perang. Untuk itulah pada bulan tersebut Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Pattimura dan rekan-rekannya ditangkap Belanda. Pada  16 Desember 1817 Pattimura dihukum gantung di Kota Ambon di depan benteng Victoria Ambon. Sebelum digantung, Pattimura berkata ”Pattimura-Pattimura tua boleh dihancurkan, tetapi sekali waktu kelak Pattimura-Pattimura muda akan bangkit”.
    .
       



Pertanyaan Lainnya