biografi Sheikh Yusuf
Sejarah
unhy31
Pertanyaan
biografi Sheikh Yusuf
1 Jawaban
-
1. Jawaban deaaa111
Sejak kecil nama yang disandangnya adalah Yusuf. Dalam berbagai sumber, Syekh Yusuf dilahirkan pada tanggal 8 Syawal 1036 H atau 3 juli 1926 M di MoncongloE Gowa. Asal usul Syekh Yusuf sendiri masih diperselisihkan karena tidak adanya keseragaman dalam sumber-sumber yang mencatat hal itu. Bahkan dari seluruh sumber yang ada tidak satu pun yang memberikan identitas jelas tentang Syekh Yusuf, baik mengenai nama, asal, maupun silsilah keturunannya.
Menurut lontara Riwayana Turatea Salamaka ri Gowa versi Gowa, ibu Syekh Yusuf adalah putri Gallarang MoncongloE yang bernama Aminah, sedang ayahnya dikatakan seorang tua yang tidak diketahui asal kedatangannya, yang kemudian dianggap Nabi Khaidir. Ketika pasangan itu cerai, ibu Yusuf dinikahi oleh Raja Gowa (I Manggarani Daeng Marabia Sultan Abdullah, 1593-1639). Dalam versi yang lain disebutkan bahwa nama ayahnya adalah Abdullah Khaidir. Agaknya nama Khaidir dibelakan nama Abdullah (ayah Yusuf), inilah yang dapat diterima. Sebab kajian silsilah yang disimpan oleh anak cucunya di Makassar (Takalar dan Sudiang) terdapat catatan yang menyebutkan bahwa nama ayahnya Abdullah Khaidir.
Syekh Yusuf tumbuh di lingkungan istana bersama anak-anak raja lain. Sejak kecil ia memperoleh pendidikan Islam. Ia belajar al-Quran sampai khatam dari seorang guru bernama Daeng ri Tasammang. Kemudian dilanjutkan mempelajari Sharaf, Nahwu, Mantiq, dan kitab-kitab lainnya yang dipelajari dari Sayed bin Alwy bin Abdullah al-Allamah Thahir di Bontoala sebagai pusat pendidikan dan pengajaran Islam, Sejak tahun 1634. Dalam tempo beberapa tahun ia sudah tamat mempelajari kitab-kitab fikih dan tauhid, tetapi yang menarik perhatiannya hanya bidang mistik Islam, yaitu tarekat dan tasawuf.
Kemajuan yang dicapai dirasakan Syekh Yusuf belum memuaskan, sehingga ia berniat mencari ulama lain. Hal ini pula menjadi tradisi dalam pendidikan Islam, jika siswa dianggap cakap dan berbakat menerima ilmu, maka disarankan mencari ilmu ke tempat lain.
Dalam usia 15 tahun, Syekh Yusuf melanjutkan pelajarannya di Cekoang dengan berguru kepada Syekh Jalaluddin al-Aidit. Setelah kembali dari Cekoang, tahun 1645 Yusuf menikah dengan putri Raja Gowa, I Sitti Daeng Nisanga, yang hanya sempat digauli selama 40 hari (riwayat lain 6 bulan), karena ia harus segera belajar meninggalkan tanah asalnya untuk memulai pengembaraannya menuntut ilmu dan sekaligus menunaikan ibadah haji di Mekah, tepatnya pada tanggal 22 September 1645.
Keberangkatan Syekh Yusuf tidak langsung ke tanah suci, melainkan singgah di beberapa negeri seperti Banten, Acah, dan Yaman. Di Banten beliau sempat jalin persahabatan dengan putra mahkota waktu itu, yang kelak menjadi Sultan Banten dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. Dari Banten ia berlayar ke Aceh. Di sana menemui Syekh Nuruddin Arraniry dan mempelajari tarekat Qadariyah sampai berhasil mendapatkan ijazah dari ulama besar itu. Dari Aceh ia meneruskan perjalanan ke Yaman mendapatkan Syekh Abdullah Muhammad Abdul Baqi dan menerima tarekat Naqsyabandiyah darinya. Di Negeri itu pula di Zubaid, ia menerima ijazah tarekat al-Sa’adah Ba’lawiyyah dari Sayyid Ali. Dari Yaman ia berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Di sini ia memperoleh ijazah Tarekat Syattariyah dari Syekh Burhanuddin al- Mullah bin Syekh Ibrahim bin Husain bin Syihabuddin al-Madani.
Dari Madinah ia meneruskan perjalanannya ke Damaskus dan mengambil ijazah tarekat al-Khalwatiyah dan sekaligus gelar Taj al-Khalwati al-Quraiyi masih banyak tarekat lain yang diperoleh ijazah dari guru-guru yang disebutkan semuanya dari Syekh Yusuf dalam karangannya berjudul Safinat al-Najat. Dalam risalah Syekh Yusuf itu disebutkan bahwa penerima ijazah kelima tarekat tersebut dan sisilahnya adalah sebagai bukti bahwa ia juga termasuk pewaris dan berhak mengajarkannya.
Selain Safinah al-Najat, Syekh Yusuf juga menulis buku-buku antara lain: Bidayah al-Mubtadi, Muqaddimah, al-Fawaaid, Zubdatul Asraar, dan lain-lain